Senin, 05 Maret 2018

Gabriel Garcia Marquez

Baca juga info : Info kampung inggris pare    
   

SAAT Guillermo del Toro ditanya, bagaimana dia bisa menyampaikan cerita tentang monster dengan begitu menarik? Sang sutradara pemenang Oscar itu menjawab singkat, “Saya orang Meksiko”. Jika dirunut ke belakang, jawaban itu berhubungan dengan gaya naratif sastrawan besar Gabriel Garcia Marquez.



Film terbaru Guillermo del Toro, The Shape of Water menunjukkan bahwa keajaiban bisa terjadi saat kita punya perspektif berbeda dari balik lensa. Semua terjadi saat seorang seniman bisa membentuk cerita yang bersumber dari warisan budaya sang seniman.
Titik perhatian utama The Shape of Water berpusat pada bagaimana Guillermo del Toro yang juga menulis naskahnya mendapat inspirasi dari kisah monster klasik. Rachel Hatzipanagos dari The Washington Post menyatakan, jika dicermati, film itu berbicara pula tentang Amerika Latin.

Baca juga info : daftar kursus inggris pare


Dalam The Shape of Water, pengaruh budaya Meksiko Guillermo del Toro tampak dalam bercampurnya unsur ilmiah dengan nuansa fantasi. Itulah gaya yang biasa disebut “realisme magis.”
Gaya yang menampilkan latar dunia nyata dalam balutan elemen-eleman magis itu kerap dikaitkan dengan penulis Amerika Latin paling berpengaruh, Gabriel Garcia Marquez.
“Realisme magis adalah bentuk naratif yang mengambil latar lingkungan dunia nyata tetapi lingkungan itu disusupi nuansa-nuansa penuh keajaiban,” ujar Jeronimo Arellano, pakar sastra dan budaya Amerika Latin di Brandeis University, Massachusetts.



Arellano menjelaskan, gaya bercerita seperti itu muncul dari gerakan surealisme seusai Perang Dunia I. Sastrawan yang jadi pencetus teknik bercerita seperti itu adalah Gabriel Garcia Marquez.
Gabriel Garcia Marquez kerap menggunakan realisme magis untuk memperkuat pandangan politiknya. Dalam tulisan-tulisannya, dia banyak mengumbar simbolisme dan momen-momen sureal. Setiap unsur magis yang detail dalam ceritanya dipastikan punya makna.
Seperti juga Gabriel Garcia Marquez, Guillermo del Toro adalah sutradara yang sangat memperhatikan detail dan gemar menyematkan makna.



Keith McDonald, penulis buku “Guillermo del Toro: Film as Alchemic Art” menyatakan, “Saya jarang menemukan sutradara yang memiliki perhatian yang hampir kompulsif terhadap detail di setiap frame (film). Anda bisa melihat satu frame gambar dan semuanya punya makna.”
Lantas siapakah Gabriel Garcia Marquez yang karyanya banyak mempengaruhi gaya bertutur realisme magis hingga saat ini?
Gabriel Garcia Marquez adalah begawan sastra kelahiran Kolombia yang terkenal lewat novelnya Love in the Time of Cholera. Dia yang tumbuh dengan banyak mendengarkan dongeng-dongen keluarga, sempat menjadi jurnalis.



Novel termasyhurnya, Cien años de soledad (One Hundred Years of Solitude) dan El amor en los tiempos del cólera (Love in the Time of Cholera) mendapat perhatian dari seluruh dunia dan membuat dia memenangi Nobel Sastra tahun 1982.
Setelah banyak menghasilkan cerpen dan skenario film semasa mudanya, dia mengasingkan diri di rumahnya di Mexico City untuk waktu yang lama demi menyelesaikan novelnya,One Hundred Years of Solitude. Novel itu lantas dipublikasikan tahun 1967 dan terjual sampai 10 juta kopi di seluruh dunia.
Sementara itu, novelnya yang lain, Love in the Time of Cholera diangkat ke layar lebar tahun 2007 dengan dibintangi Javier Bardem.


Gabriel Garcia Marquez meninggal pada 17 April 2014. Dunia menganggapnya sebagai salah sastrawan Latin terbesar kedua setelah Miguel de Cervantes.

Baca juga info : kursus bahasa inggris
Baca juga info : info kursus bahasa inggris
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar