Gabriel Garcia Marquez
SAAT Guillermo del Toro ditanya, bagaimana dia bisa menyampaikan
cerita tentang monster dengan begitu menarik? Sang sutradara pemenang
Oscar itu menjawab singkat, “Saya orang Meksiko”. Jika dirunut ke
belakang, jawaban itu berhubungan dengan gaya naratif sastrawan besar
Gabriel Garcia Marquez.
Baca
juga info : daftar kursus kampung inggris pare
Film terbaru Guillermo del Toro, The Shape of Water menunjukkan bahwa
keajaiban bisa terjadi saat kita punya perspektif berbeda dari balik
lensa. Semua terjadi saat seorang seniman bisa membentuk cerita yang
bersumber dari warisan budaya sang seniman.
Titik perhatian utama The Shape of Water berpusat pada bagaimana
Guillermo del Toro yang juga menulis naskahnya mendapat inspirasi dari
kisah monster klasik. Rachel Hatzipanagos dari The Washington Post
menyatakan, jika dicermati, film itu berbicara pula tentang Amerika
Latin.
Dalam The Shape of Water, pengaruh budaya Meksiko Guillermo del Toro
tampak dalam bercampurnya unsur ilmiah dengan nuansa fantasi. Itulah
gaya yang biasa disebut “realisme magis.”
Gaya yang menampilkan latar dunia nyata dalam balutan elemen-eleman
magis itu kerap dikaitkan dengan penulis Amerika Latin paling
berpengaruh, Gabriel Garcia Marquez.
“Realisme magis adalah bentuk naratif yang mengambil latar lingkungan
dunia nyata tetapi lingkungan itu disusupi nuansa-nuansa penuh
keajaiban,” ujar Jeronimo Arellano, pakar sastra dan budaya Amerika
Latin di Brandeis University, Massachusetts.
Baca juga info : kursus bahasa
inggris di pare
Arellano menjelaskan, gaya bercerita seperti itu muncul dari gerakan
surealisme seusai Perang Dunia I. Sastrawan yang jadi pencetus teknik
bercerita seperti itu adalah Gabriel Garcia Marquez.
Gabriel Garcia Marquez kerap menggunakan realisme magis untuk
memperkuat pandangan politiknya. Dalam tulisan-tulisannya, dia banyak
mengumbar simbolisme dan momen-momen sureal. Setiap unsur magis yang
detail dalam ceritanya dipastikan punya makna.
Seperti juga Gabriel Garcia Marquez, Guillermo del Toro adalah
sutradara yang sangat memperhatikan detail dan gemar menyematkan makna.
Baca juga info : info
kursus bahasa inggris mudah
Keith McDonald, penulis buku “Guillermo del Toro: Film as Alchemic
Art” menyatakan, “Saya jarang menemukan sutradara yang memiliki
perhatian yang hampir kompulsif terhadap detail di setiap frame (film).
Anda bisa melihat satu frame gambar dan semuanya punya makna.”
Lantas siapakah Gabriel Garcia Marquez yang karyanya banyak mempengaruhi gaya bertutur realisme magis hingga saat ini?
Gabriel Garcia Marquez adalah begawan sastra kelahiran Kolombia
yang terkenal lewat novelnya Love in the Time of Cholera. Dia yang
tumbuh dengan banyak mendengarkan dongeng-dongen keluarga, sempat
menjadi jurnalis.
Baca juga info : kursus
bahasa inggris di al azhar pare
Novel termasyhurnya, Cien años de soledad (One Hundred Years of
Solitude) dan El amor en los tiempos del cólera (Love in the Time of
Cholera) mendapat perhatian dari seluruh dunia dan membuat dia memenangi
Nobel Sastra tahun 1982.
Setelah banyak menghasilkan cerpen dan skenario film semasa mudanya,
dia mengasingkan diri di rumahnya di Mexico City untuk waktu yang lama
demi menyelesaikan novelnya,One Hundred Years of Solitude. Novel itu
lantas dipublikasikan tahun 1967 dan terjual sampai 10 juta kopi di
seluruh dunia.
Sementara itu, novelnya yang lain, Love in the Time of Cholera
diangkat ke layar lebar tahun 2007 dengan dibintangi Javier Bardem.
Baca juga info : info biaya kursus bahasa inggris
Gabriel Garcia Marquez meninggal pada 17 April 2014. Dunia menganggapnya
sebagai salah sastrawan Latin terbesar kedua setelah Miguel de
Cervantes.
Baca juga info : kursus bahasa
inggris
Baca juga info : info
kursus bahasa inggris
Tidak ada komentar:
Posting Komentar